Aku Ikhlas


Kau tahu, di saat kau mengakhiri cerita ini, di saat kau dan aku berjalan saling memunggungi, beberapa waktu setelah itu tiba-tiba kenyataan menyadarkanku bahwa satu dari banyaknya doaku untukmu telah Tuhan kabulkan.


Dulu, aku pernah memohon agar kau bahagia walau tidak bersamaku, aku pernah memohon agar kau tetap tersenyum walau bukan karena aku,  aku pernah memohon agar kau mampu menyusun harapanmu walau tanpa aku,  aku pernah memohon agar kau baik-baik saja walau harus ada luka di hatiku. Dan sekarang aku paham kenapa kita berpisah.


Tapi, sekali lagi, izinkanlah aku menulis ini untukmu, sebuah pesan yang walau mungkin tak akan pernah kau baca.


Pertama:

Siapa pun yang menjadi alasanmu pergi, semoga dia adalah seseorang yang tidak akan pernah pergi meninggalkanmu. 

Siapa pun yang menjadi tempat pemberhentianmu nanti, semoga dia adalah seseorang yang Tuhan pilih selamanya menetap denganmu. 

Di mana pun kau ingin berada dengannya nanti, semoga kau tak akan pernah melupakan keberadaanku. 

Sebahagia apa pun kau bersamanya nanti, semoga kau sempat melangitkan pinta supaya aku mampu melapangkan hati menerima hilangmu.


Kedua:

Entah ada kesempatan bertemu lagi atau tidak, aku hanya ingin menyampaikan maaf-maafku. Maaf yang tak pernah terucap karena takut kehilanganmu. Maaf untuk aku yang selalu menyayangimu, maaf untuk aku yang selalu mengharapkanmu, maaf untuk aku yang selalu diam-diam meletakkan namamu di dalam doa-doaku, maaf untuk aku yang selalu ingin kau bahagia, maaf untuk aku yang selalu cemas bila kau terluka.

Dan perihal semua ingin-inginmu yang tak mampu aku wujudkan. Tentang menghabiskan waktu di bawah langit senja yang kau suka, tentang membangun rumah impianmu yang sederhana, dan tentang-tentang lainnya yang pernah menjadi rencana masa depan yang kau idam-idamkan. Sekali lagi, maafkanlah. Mungkin itu akan menjadi tugas orang lain.


Ketiga:

Percayalah, aku tak pernah kecewa dengan keputusanmu, aku tak pernah benci dengan caramu pergi. Tak pernah.

Jangan berpikir bahwa kau telah menyakitiku, jangan berpikir bahwa kau telah bersalah padaku, jangan berpikir bahwa kau telah meninggalkanku, jangan berpikir bahwa kau telah mengkhianatiku.

Apa dan semua yang aku lakukan untukmu memang keinginanku. Apa dan semua yang aku berikan padamu adalah karena aku menyayangimu.


Keempat:

Terima kasih untuk hadirmu, terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, terima kasih untuk rasamu, dan terima kasih untuk segalamu. Sempat dipertemukan Tuhan denganmu adalah syukur paling besar dalam hidupku.


Kelima:

Ini mungkin akan menjadi cerita yang tak pernah terhapus begitu saja, ini mungkin akan menjadi kenangan yang tak akan mudah aku lupa. Maka, di setiap gagalku mengukir senyum di bibirmu, ke-tidaksanggupanku mempertahankanmu, kekuranganku, kelemahanku, dan semua yang tak tampak indah di matamu, sekali dan sekali lagi, maafkanlah.


Terakhir:

Aku ikhlas.


Dalam buku: Seikhlas Awan Mencintai Hujan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Periode Kebuntingan Ternak Sapi

Hatiku Telah Mati

MENGHITUNG KAPASITAS TAMPUNG LAHAN DENGAN SATUAN TERNAK (ST) / ANIMAL UNIT (AU)